Malang – Fakultas Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diakui sebagai tolak ukur praktik baik penyelarasan peserta didik dengan dunia industri (DUDI) di luar negeri. Jika praktik baik itu diterapkan oleh semua satuan pendidikan, maka cita-cita generasi emas Indonesia pada 2045 akan terwujud.
Pengakuan itu datang dari Pribudi, Pembantu Pimpinan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan (Mitas DUDI) Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek yang datang berkunjung ke Training Center (TC) Vokasi UMM pada Rabu (6/3/2024).
Pribudi ingin melihat langsung potensi pemagangan luar negeri di Vokasi UMM yang selama ini telah mengirim ratusan anak Indonesia bekerja ke Jepang.
Saat ini, Ditjen Vokasi terus melakukan penguatan di berbagai sisi untuk menyiapkan generasi emas 2045 yang unggul dan kompeten.
”Saya kira, berbagai praktik baik di Fakultas Vokasi UMM ini patut menjadi percontohan bagi satuan pendidikan di daerah lain. Link and match-nya jalan dengan sangat baik, selama ini sudah banyak anak kita bekerja di Jepang, memiliki masa depan yang cerah,” ujarnya.
Selama ini, dari satuan pendidikan yang pernah ia lihat di sejumlah daerah belum ada yang seserius Vokasi UMM. Mulai secara aspek kebijakan, manajemen, infrastruktur hingga sinergitas dengan DUDI maupun pemerintah daerah berjalan dengan baik.
Pribudi sendiri juga telah melihat langsung proses seleksi atau rekrutmen tenaga kerja perusahaan Jepang di bidang konstruksi dari Okayama, Jepang, pada Rabu (6/3/2024). Total ada 9 anak didik melakoni proses interview langsung dari pihak perusahaan Jepang.
Hasilnya, 3 dari 9 pendaftar langsung diterima untuk bekerja ke Jepang dalam waktu dekat. Ada 2 orang diterima di bidang scafolding dan 1 orang di bidang operator alat berat atau alat konstruksi. Hingga sejauh ini, Vokasi UMM sudah memberangkatkan 170 lebih anak negeri bekerja ke Jepang sejak 2022.
Pribudi memandang model pendidikan di Vokasi UMM perlu didiseminasikan di tingkat nasional. Dengan begitu, skema pengentasan pengangguran baik dari lulusan SMA/SMK maupun perguruan tinggi bisa ditangani secara masif, khususnya oleh Ditjen Vokasi.
”Kalau praktik-praktik baik seperti di Vokasi UMM ini diterapkan secara merata di daerah-daerah lain, maka generasi emas 2045 itu nanti akan terwujud. Sejauh ini, Vokasi UMM yang paling baik, di provinsi lain tidak ada yang seserius ini,” ujar Pribudi.
Ia mengapresiasi komitmen Fakultas Vokasi UMM. Ini menjadi preseden baik bagi kekhawatiran banyak orang tua yang kesulitan menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi yang memakan banyak biaya.
”Vokasi menjadi alternatif tepat bagi mereka karena masa depannya sudah ada, integrasi dengan DUDI sudah jelas. Kalau di sekolah-sekolah umum itu kan lulus belum tentu bisa langsung kerja, enggak ada juntrungannya,” ungkapnya.
”Saya kira masa depan anak-anak di Vokasi UMM ini sangat cerah sekali. Saya merasakan roman wajah itu. Maka dari itu, saya berharap ‘gerbang’ ini bisa dibuka di mana-mana,” harapnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Vokasi UMM, Prof Tulus Winarsunu M.Si., menuturkan, rencana diseminasi model pendidikan vokasi di UMM oleh Ditjen Vokasi menjadi kebanggaan tersendiri bagi Vokasi UMM.
Prof Tulus mendukung penuh upaya pemerintah untuk membuka jalan yang cerah bagi generasi masa depan. Bagi Prof Tulus, model pendidikan keahlian dan penempatan kerja yang selama ini dirancang adalah jalan baru yang dibuat untuk generasi menentukan nasib mereka di masa depan.
”Semakin banyak anak muda yang memanfaatkan jalan ini, semakin cepat pula kemandirian Indonesia terbangun di tegah persaingan global saat ini,” kata Tulus.
Tak berhenti di situ, Vokasi UMM masih akan terus menyusun skema-skema lain untuk memperluas peluang kerja generasi di luar negeri di berbagai bidang. Dengan harapan, sepulang mereka dari sana, mereka juga ikut membangun Indonesia lebih baik.
”Tentunya, masa depan itu akan lebih cerah lagi jika ‘gerbang’ ini dibuka secara utuh di mana-mana,” pungkasnya.
Jurnalis
Rf-1 TUGU MEDIA